berlapis kekumuhan tafsir yang kau benamkan di gendang telingaku
tentang rapuhnya mimpi yang bernaung dibawah bayang-bayangku
engkau selalu saja menyuruhku menjauh dari hasrat
tapi tak pernah kau tunjukkan peredam luka yang tertanam didadaku
sedangkan aku
lebih sering lupa mengingat seluruhmu yang sebenarnya hadir dalam setapak panjangku
engkau terlalu sering meneriakkan gelisah
daripada membisikkan tembang
luluhlah aku dalam kerentaan menjelajahi kemarau yang tak pernah usai
aku semakin kering
disini
Jakarta, 20 Oktober 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan komentar Anda