kutulis kata di kerongkonganmu saat magrib hampir usai, cuma sesaat
dengan sehelai kerdip kau isyaratkan amarah, entah kasmaran? mengapa begitu sulit memelukmu?
dan di penghujung malam ketika embun merangkak di selasar
semakin jauh kau bawa angin yang masih setia membawakan pesan
aku masih saja meringkuk mempertanyakan waktu yang kau titipkan di beranda
dan sesekali harus kuterima bahwa menunggu tanpa pilihan adalah kematian
kini, dimanakah rindu? adakah musim yang kau ceritakan akan menjemputku? mengembalikan
senyummu yang dulu?
Jakarta, 21 Oktober 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan komentar Anda