Rabu, 12 Oktober 2011

dan

dan

ketika kusesali segala cinta yang telah kau tuangkan pada dahaga jiwa

sesungguhnya masih tetap kusimpan kerinduan yang baqa pada senyum di bibir mungilmu

sebab ketika engkau pertaruhkan nyawa demi cintamu untukku

di selasar ruang tempat kau berbaring kupanjatkan miliaran doa dan kata agar kau tetap disisiku

lalu tangis kutumpahkan hingga jadi lautan pengharapan pada kasihmu

dan

sesungguhnya anakku,

perjalanan panjangku akan tetap berlabuh di hatimu dan selalu berharap pada ketulusan yang kau guratkan di sepanjang tawa dan tangis yang kau labuhkan di pundakku

dan

ketika ingatanku menepi pada kehangatan tubuhmu dalam pelukku

semua meluluhkan keliaran anganku dan kau jerat aku dalam perenungan

dalam ketaksabaranku menunggu kau dewasa telah kutabung sejuta cerita

bekalmu memahami cinta dan cahaya yang kau bawa di jemari mungilmu

dan

kuhitung ribuan senja yang begitu nelangsa dalam sunyi warna tembaga

malam-malam yang terabaikan bersamamu tetap kusimpan dalam lubuk terdalam kenanganku

selalu padamu

buah hatiku, akankah langkahku kau salahkan kelak?

betapa permohonanku untuk bahagiamu selalu bergema disetiap pagi yang terjerang diatas gejolak embun

karena sesungguhnya kesumat rindu yang kusimpan untukmu adalah nafas agar mimpi dan tidurmu menemaniku dalam setiap perjalanan

dan

ketika gerimis semakin galau menunggumu di depan pintu rumah kita yang semakin purba oleh gelakmu yang renyah menggema dalam sempitnya ruang yang dapat kupersembahkan untukmu

aku selalu ada disampingmu menjaga agar mimpi buruk tak menjamah tidurmu

dikeningmu anakku kan selalu kuhamparkan ciuman abadi agar kau selalu dahaga pada hadirku

untuk menemani saat sepi menjeratmu

dan

ketika usia telah mengantarmu menjalani masa yang kian ranum dalam genggaman

sungguh begitu gusarnya nuraniku

ketakutan merajai anganku sebab perjalananmu begitu panjang dan kian jauh

sedang persinggahan yang kubangun untukmu semakin tua dan rapuh

akankah masih sanggup kupeluk cintamu dengan lengan yang semakin lemah menggapaimu

dan

saat keterasingan mengurung gelisahku

engkau datang menjenguk

menyibakkan kabut sesal yang menyungkup kehidupanku

dan sesungguhnya

anakku

telah kumenangkan cintamu

disini

disetiap tetes embun yang kau raupkan didadaku yang semakin tua dirajah peristiwa

dan

ketika malam merayap gelisah

engkau rebahkan rindu padaku dibibir jendela

aku tergagap mengejar isakmu yang menjauh

terbawa kabut dinihari

anakku

telah kukirimkan gairah pencarian untukmu

disetiap helai cinta yang tersangkut di pelupuk kasmaranku

padamu

dan

pelukan lembut serta kecupan pipimu yang seperti kapas

tak pernah hilang di jantungku

bersemayam abadi mengantarkan langkah

saat kutinggalkan tangismu yang tercekat didinding rumah kita

anakku

biarkanlah duka hanya untukku

gemerlap cinta bahagia hanya milikmu

selamanya

dedicated to my sons & daughter : naufal rahadian ilham, aniel hikmatya ramadhan dan mahsya anindya putri


Agustus 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar Anda