Selasa, 03 Maret 2009

lelaki dan perempuan3

lelaki dan perempuan menunggu di beranda
hujan kian gelisah mengguyur senja yang kuyup oleh tanya
sementara anak-anak dalam ketidaktahuan atas nasib
berendam di genangan air mata orang tua mereka
bermain dengan gurauan pahit sambil mengunyah rasa lapar
pada ruang-ruang tetesan hujan mereka temukan mimpi
lalu isyarat getir menjadi bagian yang terus mereka mamah sepanjang waktu

lelaki dan perempuan menunggu di beranda
tanah yang basah menggeliat malas menunggu malam yang mencekam
dan cakrawala semakin enggan menelan kabut yang gundah oleh takdir
tidur yang gelisah diatas kasur tipis
dengan kutu-kutu busuk yang menyelimuti nasib
mereka tak pernah tahu seberapa lama hidup akan berlangsung

lelaki dan perempuan menunggu di beranda
sekelebat harap membuncah hasrat namun urung menjadi nafsu
sebab kemiskinan menelan gairah yang mereka sisakan di sudut hari
lalu anak-anak itu menceraikan mimpi mereka
mencincangnya jadi mainan
di lantai tanah tercecer segumpal tangis yang membeku dilindas waktu
anak-anak itu kembali merampasnya jadi mainan
sebab hanya itu dunia yang mereka punya

lelaki dan perempuan menunggu di beranda
temaram musim menelanjangi kampung kumuh yang mereka banggakan
di pinggir kali itu tempat peristiwa bersanding dengan waktu
mencatat kemelaratan yang mereka ukir pada tembok kehidupan
anak-anak yang mereka lahirkan tumbuh menjadi pemangsa
melahap segala mimpi yang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar Anda